JAKARTA, cahUnnes.com - Mendapatkan kesempatan kuliah secara gratis di perguruan tinggi negeri (PTN) ternama tidak datang ke sembarang orang. Maka, ketika kesempatan itu tiba, Dita Ardwiyanti bertekad untuk memanfaatkannya dengan baik.
Dita adalah penerima beasiswa Bidikmisi di program S-1 Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Tidak main-main, dalam perkuliahan yang dilakoninya, Dita pun meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, 4,00.
Ketika disambangi oleh pihak UNY ke rumahnya di Gedongsari Wijirejo Pandak Bantul, Dita pun menguraikan kisahnya hingga tiba di UNY. Dia mengaku, kuliah merupakan cita-citanya sejak SMP dulu di Pontianak Kalimantan Barat.
"Saat itu saya berpikir bahwa jika ingin melanjutkan kuliah maka saya harus pindah ke Yogyakarta. Saya pun melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Bantul dan duduk di kelas unggulan," tutur Dita, seperti dinukil dari laman UNY, Sabtu (3/5/2014).
Ayah Dita, Sarjiyono berprofesi sebagai tukang las. Sementara sang ibu, Arfina berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Menurut pengakuan ibunya, sejak SD hingga SMP di Pontianak, Dita selalu meraih ranking terbaik.
"Makanya saya agak terkejut ketika kelas 10, dia mendapat ranking 14. Namun saya menyadari bahwa pendidikan di Yogyakarta beda dengan Pontianak," kata Arfina.
Namun, Dita tidak menyerah. Usahanya berbuah manis. Sulung dari dua bersaudara tersebut berhasil masuk the best ten sejak kelas 11 hingga kelas 12.
"Kalau kita ingin hasil yang lebih baik, diperlukan perjuangan yang lebih pula," imbuh dara berkacamata itu.
Ketika lulus SMP, gadis kelahiran Pontianak, 30 Desember 1995 itu sempat galau menentukan pilihan antara sekolah di SMA atau SMK. Sebab, jika ingin kuliah, Dita harus masuk SMA. Sedangkan bila berorientasi kerja, maka dia akan memilih SMK.
Cita-cita Dita menjadi seorang guru IPA akhirnya memantapkannya memilih bangku SMA. Kemudian, melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Dita pun dinyatakan lolos dan menjadi mahasiswa di kampus yang berada di bawah asuhan Rochmat Wahab itu.
Untuk meraih nilai IPK sempurna, aktivis OSIS dan Rohis ketika SMA itu mengaku tidak memiliki formula khusus. Bahkan, kata Dita, dia tidak punya waktu khusus untuk belajar.
"Saya sering belajar tengah malam hingga pagi hari walau sebelumnya tidur lebih dahulu. Dan karena di pendidikan IPA juga banyak penugasan serta laporan praktikum, maka biasanya tugas dikerjakan pada saat itu juga," papar Dita.
Beasiswa bidikmisi yang diraih Dita merupakan anugerah karena kondisi ekonomi keluarganya. Beasiswa ini ditawarkan oleh Bimbingan Konseling (BK) SMAN 2 Bantul pada Dita karena dipandang sanggup dan layak mendapatkan beasiswa Bidikmisi serta berpotensi untuk berprestasi di masa depan. Terbukti, pilihan para gurunya tidak keliru.
Sumber : Okezone.com
0 Komentar