“Ada 3S supaya sukses menjalani jurusan yang Anda geluti. Yang pasti ada rasa suka, dilalui dengan semangat, dan selalu menghadapi dengan sabar.” Itulah yang dipaparkan oleh dosen di kelas pertamaku sebagai mahasiswa.
SEMUA pekerjaan, sesulit apa pun tetap menghasilkan buah yang manis ketika dipetik. Kelak, buah-buah ini akan bermanfaat bagi kita, orangtua maupun orang lain. Dan tidak akan ada bayang-bayang meninggalkan jurusan pilihan kecuali bersiap-siap menyiapkan segeruk biaya yang nantinya menunda kelulusan studi dan cita-cita. Rasa suka ialah perasaan yang ringan , tak gusar dan tak ada kata bosan.
Suka itulah titik temu antara si minat dan si bakat. Yakin bahwa passion kita di sini dan yakin akan mengarungi derasnya arus persaingan di kemudian hari. Sehingga, begitu penting memilih jurusan berdasarkan hati kita, bukanlah perintah orang tertentu atau sekedar tren berkedok idealis.
Banyak fenomena mahasiswa hijrah ke jurusan lain padahal jurusan yang mereka geluti merupakan jurusan dan perguruan tinggi favorit dengan biaya yang tidak sedikit. Ironis. Dan setiap tahun terjadi terus menerus. “Aku mau coba tahun depan lagi.” Itukah hal terburuk? Bukan. Tidak dapat menentukan pilihan ialah hal tergawat. Mungkin, ketika belum mengenal jati diri ada kalanya Anda mengikuti tes kemampuan dan bakat yang bersifat tes ataupun konsultasi dengan psikolog. Adapun membaca minat dan bakat lewat sidik jari dan grafologi juga bisa jadi pilihan. Masih ragu? Tanyakan pada orang terdekat, ceritakan kehidupan Anda. Mereka dapat menolong mengarahkan pilihan Anda.
Sesuatu yang disukai harus diresapi dengan semangat. Semangat ibarat alarm penyelamat impian-impian. Lelah dengan segala tugas, tidak. Semangat berusaha mengingatkan tujuan hidup di kala kecewa, mendukung kita seperti oli kepada motor. Sudah berkali-kali saya diselamatkan beliau dan ia menghapus keraguan demi keraguan dalam benak. Yakin, semua yang dijalani dengan semangat akan mewarnai aktivitas dengan hasil yang lebih positif ketimbang sebaliknya.
Kita sudah memegang suka dan mengenakan armor semangat. Namun terkadang cobaan tidak pernah berhenti. Ada saja kerikil-kerikil menutupi jalan. Kita belajar suatu materi pembelajaran, namun kerap tak sanggup memahaminya layaknya teman di sekitar. Sulitnya menghapal rumus kalkulus dan istilah-istilah asing serta setumpuk bahasa ilmiah yang mengeruk amarah. Di situ diperlukan secercah kesabaran agar tetap sanggup menjalani hal yang kita sukai. Pada akhirnya, mampu menerima segala hal dengan ikhlas dan menjadikan sebagai pelajaran di masa depan, betapa mahal keringat jerih payah.
Sudah lengkap “3S” , lalu apa lagi? Terapkan!
Fatimah Dwi Cahyani
Sumber : Kompasiana
0 Komentar