Tentang Konservasi, Inilah Catatan Para Awak Media

SEMARANG, cahUnnes.com - Seratusan mahasiswa, dosen, dan awak media menyampaikan saran dan kritik untuk menguatkan visi Universitas Negeri Semarang (Unnes) menjadi Universitas Konservasi Kamis (17/7). Dalam diskusi bertajuk “Menatap Masa Depan Universitas Konservasi dari Perspektif Media”, sejumlah capaian mereka apresiasi, adapaun sejumlah kerumpangan mereka soroti.

Wakil pemimpin Redaksi Suara Merdeka Gunawan Permadi, misalnya, mengulas metamorfosis Unnes dari lembaga bernama IKIP Semarang. Sebagai pengamat dari luar, ia menilai telah terjadi perubahan persepsi publik yang cukup baik tentang Unnes. Meski demikian, upaya membangun persepsi publik tersebut perlu terus dilakukan, tidak hanya oleh humas tetapi juga keluarga besar Unnes.

“Dulu, lembaga ini dikenal sebagai produsen guru. Setelah menjadi universitas, Unnes membuka sejumlah program studi ilmu murni yang memungkinkan alumninya menjadi professional di berbagai bidang. Informasi semacam itu harus sampai kepada publik, agar persepsi publik juga berubah,” kata Gunawan.

Oleh karena itu, ia menyarankan sosialisasi inovasi dan program Unnes di media perlu ditingkatkan. Tidak hanya oleh humas, tapi juga civitas akademika pada umumnya.

Redaktur Tribun Jateng Achiar M Permana menyoroti hal lain. Wartawan yang juga alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini menilai, pilihan Unnes menjadi Universitas Konservasi adalah pilihan cerdas. Pasalnya, pilihan itu telah menjadi diferensiasi atau daya beda yang memungkinkannya lebih mudah dikenali dan diingat.

Meski begitu, ia memberi catatan,  agar visi itu juga dibumikan pada lingkungan sekitar. “Misalnya, apakah Unnes sudah berbuat untuk tata kota Sekaran? Jika radiusnya diperluas, apa dampak kebijakan Kampus Konservasu terhadap pemertahanan Gunungpati sebagai kawasan konservasi bagi Kota Semarang?”

Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum mengakui, sebagai konsep akademik Universitas Konservasi bersifat dinamis. Sebagai konsep, Universitas Konservasi akan mendekati sempurna jika terus digulirkan melalui wacana keilmuan. Salah satunya, melalui diskusi dan kritikan.

Oleh karena itu, ia membuka kran yang lebar bagi mahasiswa, dosen, alumni, dan wartawan untuk mengawal Universitas Konservasi.

“Semakin banyak masukan, semakin baik. Unnes adalah lembaga milik publik, yang tumbuh karena gagasan publik. Mau kritik lembaganya, boleh. Mau kritik rektornya, juga boleh,” kata Rektor disambut tepuk tangan peserta diskusi.

Sumber : Unnes.ac.id

0 Komentar

Posting Komentar