Khoirul Anwar, Profesor Penemu 4G Berharap Bisa Mengajar di ITB

SEMARANG, cahUnnes.com - Penemu 4G (fourth-generation technology) Profesor Khoirul Anwar mengaku ingin pulang ke Indonesia dan mengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Saya tidak melihat ke soal uang, tetapi melihat tempat kerja yang bisa pas buat saya, misalnya bekerja di Universitas yang besar seperti ITB," kata pria kelahiran Kediri tahun 1978 itu seperti dilansir laman Tribunnews.com, Kamis (22/1/2015).

Lulusan ITB Jurusan Teknik Elektro itu mengungkapkan keinginannya mendedikasikan ilmu yang diperolehnya di Jepang untuk Indonesia. "Saya ingin mengajar saja di Indonesia dengan kebebasan penelitian juga kalau bisa seperti di Jepang," lanjutnya.

Ia berharap bisa bekerjasama secara baik dengan semua pihak di lingkungan tempat mendidikasikan ilmunya nanti ketika di Indonesia. 

Cumlaude dan Dapat Beasiswa
Profesor Khoirul Anwar lulus dengan predikat cum laude di tahun 2000. Kemudian ia mendapat beasiswa Panasonic Jepang untuk melanjutkan S2 di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) Jepang dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya dia mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah S3 dari perusahaan Jepang di kampus yang sama.

Khoirul Anwar kemudian menikah dengan Sri Yayu Indriyani dan dikaruniai tiga orang putra serta seorang putri yang cantik. Saat ini Khoirul tinggal di Nomi, Ishikawa, tak jauh dari tempat kerjanya. Dia bekerja sehari-hari ini di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) sebagai assistant professor.

Teknologi 4G
Profesor Khoirul Anwar mematenkan penemuannya dengan nama "transmitter and receiver" yang kini menjadi aplikasi 4G.

Prestasi internasionalnya di antaranya terpilih sebagai The Best Student Paper oleh Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE) di bidang Radio and Wireless Symposium 2006 (RWS2006), California, USA, January 2006. Lalu Travel Grant Award, Computer and Communications Conference Conference Award ke Massachusets Institute of Technology (MIT), tahun 2004.

Profesor Khoirul di Jepang tak pernah ada batas anggaran untuk proyek penelitiannya dan bebas ikut berbagai seminar di luar Jepang yang terkait dengan bidangnya. Proyek penelitiannya juga untuk pemerintah Jepang yang terikat kontrak sampai dengan 2016.

Sebuah anggaran penelitiannya saja bahkan bisa mencapai puluhan juta yen, mendapatkan JSPS Grant-in-Aid for Scientic Research 2011-2014 (KAKENHI KIBAN KENKYU B) untuk bidang khusus "Connect All with Turbo Codes: COATNET-2." (Choirul sebagai Co-Investigator) dengan anggaran 20 juta yen.

BUKHORI

0 Komentar

Posting Komentar