Menghayati Esensi Kepemimpinan Bertumbuh

KEPEMIMPINAN telah mejadi topik penting dalam kajian manajemen. Secara teoretis maupun praktis, kepemimpinan jadi unsur penting bagi organisasi sosial, korporasi, masyarakat, bahkan negara. Oleh karena itu, gagasan untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan masih sangat diperlukan.

Dalam situasi itulah lahir buku Kepemimpinan Bertumbuh karya Prof Dr Fathur Rokhman MHum. Dalam buku itu Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) membahas sejumlah teori kepemimpinan dengan contoh yang detail sekaligus memberi perspektif yang unik dan otentik.

Buku ini cocok untuk aktivis, pemimpin, bahkan mahasiswa yang ikut mata kuliah kepemimpinan pada Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes. Lebih luas dari itu, gagasan dalam buku ini patut menjadi rujukan bagi siapa pun yang ingin mengembangkan bakat kepemimpinannya.

Dibandingkan buku kepemimpinan lain, buku ini otentik karena ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya penulisnya selama empat tahun menjadi rektor dan tujuh tahun menjadi wakil rektor bidang pengembangan dan kerja sama. Sebagai salah satu universitas besar di Indonesia, Unnes tumbuh dengan dinamika yang rumit. Dinamika organisasi itu membutuhkan strategi kepemimpinan yang harus terus dikembangkan.

Nilai Kemanusiaan

Seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya harus memahami arti kemanusiaan. Kemanusiaan di sini berhubungan dengan tubuh manusia yang mendorong dan memahami eksistensi ontologis manusia. Jiwa sebagai prosesor-nya dan sosial yang mampu menjalin hubungan dengan orang lain. Pemimpin harus mampu membuat aturan bersama anggotanya untuk disepakati dan dipatuhi oleh seluruh anggota. Aturan tersebut harus mampu tumbuh seiring dengan perkembangan zaman.

Aspek spiritual sangatlah berpengaruh pada kepemimpinan. Dimana, instruksi dalam memimpin yang menjadikan Allah sebagai supervisor dan menjadikan nilai-nilai ketuhanan dalam menjalankan kegiatannya. Pemimpin dan anggota tim harus mampu menciptakan sifat saling mempercayai. Pemimpin yang mampu mendayagunakan kebijaksanaan dalam kebijakan yaitu tidak mencampur masalah pribadi dengan pekerjaan yang diembannya.

Banyak orang menganggap bahwa menjadi seorang pemimpin sangatlah enak, semua fasilitas tersedia, dihormati, dan disegani. Tetapi, di balik itu seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar – terkadang – harus dibayar dengan kehormatan, reputasi, bahkan nyawa.

Pemimpin memiliki tugas menemukan dan memahami fundemental rules dalam organisasinya yaitu memahami setiap komponen dan elemen yang berbentuk tradisi keyakinan kolektif dan komitmen terhadap visi yang dapat digalih dimanfaatkan pemimpin sebagai pecapaian tujuan bersama.

Selain itu, mampu mengenali karakteristik anggotanya melalui interaksi. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mengintrokpeksi dirinya sendiri dan melakukan evaluasi dengan berusaha menyelami dirinya dari perspektif orang lain.

Pemimpin adalah komunikator yang mana seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi menjalin hubungan dengan setiap anggotanya untuk mencapai apa yang telah menjadi tujuan bersama. Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, merumuskan pencapaian tujuan dan melayani. Pemimpin harus menjadi pendengar yang baik bagi anggotanya.

Dalam setiap organisasi pasti ada perdebatan. Tugas pemimpin harus mampu mengolah perdebatan menjadi negoisasi yang produktif, itu lebih bermanfaat daripada hanya mengukuhkan siapa yang paling hebat.

Kegagalan seorang pemimpin terkadang juga terjadi. Dalam menghadapi kehancuran itu, maka dengan sumber energi terbesar yang dimilikinya menjadikan kegagalan itu sebagai pelajaran dan pengalaman. Serta kondisi nol sebagai titik baik dalam meraih kesuksesan. Keyakinan pada diri kita menjadi kunci solusi dari kegagalan.

Cultural organisasi merupakan tradisi yang diwariskan leluhur dahulu kepada pemimpin sekarang. Dengan perkembangan saat ini, menjadikan pemimpin itu mampu berinovasi terhadap tradisi dapat berubah. Tetapi, perubahan kultural harus memiliki alasan-alasan yang kuat yang menjadi dasar perubahan tersebut.

Tugas pemimpin yang tidak kalah penting adalah menyiapkan pemimpin untuk menjadikan penerusnya. Belajar dari kepemimpinan anak muda sekarang ini, anak lebih cepat berkembang dan beradaptasi secara cepat dengan perkembangan sekarang. Anak muda tidak mempersepsi perubahan sebagai ancaman, tetapi merupakan keniscayaan yang merupakan keadaan kognitif bagi dirinya.

Tri Ambar Sari, mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2016 Universitas Negeri Semarang
Sumber: Unnes.ac.id

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama