Bos Bukalapak: Mahasiswa Unnes Harus Memiliki Mimpi Besar dan Merealisasikannya


SEMARANG, cahunnes.com - Sebagai insan terpelajar, mahasiswa harus memiliki mimpi yang besar. Salah satunya adalah impian untuk menjadi seorang pengusaha. Namun untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan, mimpi harus direalisasikan. Demikian disampaikan Co Founder Bukalapak, Muhammad Fadjrin Rasid.

"Yang penting adalah memulai usaha. Jadi jangan takut memulai. Dengan memulai maka kita sudah satu langkah maju," ungkapnya saat menjadi pembicara Emtek Goes To Campus di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kamis (24/10/2019).

Fadjrin menambahkan apabila dalam perjalanan mengalami kegagalan, maka harus berusaha dan bangkit kembali untuk menjalankan usaha.

"Jadi jangan takut memulai dan jangan takut gagal," pesannya.

Pernyataan Fadjrin ini rupanya membekas bagi mahasiswa yang hadir dalam EGTC. Seperti Greace yang mengaku bersemangat memulai bisnis usai mendengar kisah inspiratif Fadjrin.

"Enggak nyangka bisa belajar langsung dari pendiri Bukalapak. Selama ini hanya bisa melihat di media," Greace, mahasiswa semester 5 Fakultas Sastra Unnes.

Bukan saja kagum pada sosok, ilmu yang ditularkan sekitar 30 menit itu juga memberi inspirasi kepada mahasiswi asal Lampung itu. "Yang sangat saya ingat jangan takut memulai dan jangan takut gagal," dia mengatakan.

Untuk itu, Greace akan mencoba bisnis meski masih di bangku kuliah walaupun usaha tersebut masih kecil-kecilan. "Tidak harus bisnis besar. Tapi bisa dimulai dengan menjual sesuatu yang ada. Yang kita punya dan kita perlukan," katanya.

Seperti, lanjut dia, menjual kosmetik, menjual makanan atau menjual sesuatu yang dibutuhkan mahasiswa. "Menjual sesuatu yang penting terjangkau dengan kantong mahasiswa. Tahu kan kantong mahasiswa masih diisi orangtua jadi kadang tipis," katanya.

Hal serupa juga diungkapkan Ruth. Mahasiswi asal Lampung ini mengaku tidak ingin kehilangan kesempatan mengikuti semua even EGTC.

"Tahun kemarin ingin ikut. Tapi baru kali ini bisa. Rasanya senang. Semoga tips yang kami terima bisa segera bisa saya lakukan," katanya.

Sebagai mahasiswi sastra, aku Ruth, bukan berarti haram menjalankan usaha atau harus jadi guru. "Jika memungkinkan kenapa tidak mengajar sambil memiliki usaha. Atau tidak ngajar tapi jadi pengusaha. Tidak ada yang larang kan," dia mengungkapkan.


Anisa Nurina/Liputan6