Pengamat Pendidikan Unnes Sepakat dengan Nadiem Makarim UN 2021 Dihapus: Demi Learning to Compete


 SEMARANG, cahunnes.com - Pengamat Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Edi Subkhan sepakat dengan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim mengenai penghapusan Ujian Nasional (UN) pada 2021.


Edi sapaan akrabnya itu menjabarkan ujian nasional selama ini telah membelokkan dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri.


Yakni satu tahun jelang anak-anak ujian mereka belajar untuk UN bukan untuk belajar untuk kompetensi atau kemampuan diri.


"Saya sepakat dengan pak Nadiem. Karena selama ini ujian nasional justru membelokkan dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Jadi anak-anak jika di sekolah menjelang ujian nasional terutama jenjang SMA, SMK itu akhirnya belajar untuk ujian, jadi learning to the test bukan learning to compete, skill," terang Edi, Senin (12/10/2020).


Laki-laki sekaligus Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ini menambahkan digunakannya asesmen nasional bukan pengganti ujian nasional karena UN ditiadakan, hanya dilakukan survei kemampuan siswa dalam beberapa hal terutama numerasi dan literasi.


Dia mengatakan asesmen nasional ini saya akan jadi sakral kecuali jika ada beberapa pihak yang menginginkan menjadi ujian nasional yang justru akan kembali lagi dan tidak sesuai dengan konsep awal.


Edi juga menyampaikan kualitas kepandaian anak tidak akan turun jika UN dihapuskan. Menurutnya, kualitas anak dilihat ketika dilihat dari hasil pembelajarannya.


"Justru kalau kita sekedar menggantungkan pada ujian nasional sedangkan ujian nasional ibarat merangkum materi dari kelas 1 sampai kelas 3 kemudian diberikan soal hanya sekian persen saja yang sama, saya yakin itu pasti tidak akan bisa mewakili semua materi dan juga tidak mungkin bisa meningkatkan kualitas anak," terang Edi.


Cara yang betul-betul meningkatkan kualitas kompetensi dan skill anak, dikatakanya justru pada aktifitas sehari-hari dimana pemberian yang sifatnya formatif sehingga bertumpu pada aktifitas belajar itu sendiri bukan model ujian di akhir seperti UN.


Asesmen nasional bukan seperti ujian hanya sekedar survei jadi tidak akan lebih susah atau lebih mudah bagi siswa atupun guru, sama seperti sensus guru tidak mesti mempersiapkan apapun begitupun siswa.


Edi menyampaikan Asesmen nasional juga tidak akan memberi efek pada kelulusan dan apapun kecuali akan berdampak pada kebijakan pemerintah apabila dilihat dari sampel di sekolah dan daerah jika kemampuan numerasi literasi kurang.


"Tidak akan juga memberi efek pada citra sekolah, jika selama ini ujian nasional anak-anak di les-kan difokuskan di UN," tambahnya.


Edi menyampaikan, kebijakan ini juga tidak diambil karena Indonesia masih berada di tengah pandemi Covid-19, namun sudah lama dipersiapkan yakni sejak akhir 2019.


"Lebih baik memang seperti ini tidak ada UN, bisa dikatakan ini belajar banyak dari Australia dimana memang sudah ada lembaga khusus yang melakukan survei. Asesmen nasional ini bagus karena kemampuan dasar, agar anak bisa berkembang di masyarakat bahkan ini lintas mata pelajaran," terangnya.


Jelang Asesmen nasional, Edi menyampaikan ini saatnya bagi guru untuk menseriusi pembelajaran yang ada di kelas, meningkatkan kapasitas guru untuk serius mendampingi siswa belajar jika kurang.


Diarahkan serta mendampingi menggunakan media pembelajaran yang bagus, bukan hanya sekedar katrol nilai sehingga fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran untuk keperluan siswa menguasai materi.


Dengan ini anak-anak bukan hanya sekedar lulus ujian namun persiapan lebih ke kapasitas guru. Edi menyampaikan ini tidak hanya pekerjaan bagi guru namun pemerintah juga harus menyiapkan pelatihan untuk guru.


Sumber: Tribun Jateng

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama