Ciri-ciri Belajar Mengajar dengan Prinsip Belajar Tuntas


Belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas telah dimulai pada tahun 1920-an dan mulai memudar pada tahun 1930-an. Sistem belajar mengajar yang menggunakan prinsip belajar tuntas yang sekarang sedang dilaksanakan di PPSP mempunyai ciri-ciri yang tidak berbeda dengan ciri-ciri belajar tuntas yang ada pada tahun 1920-an sampai tahun 1930-an. Ciri-ciri cara belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas antara lain adalah : 

Pengajaran Didasarkan atas Tujuan-tujuan Pendidikan yang Telah Ditentukan Terlebih Dahulu  

Ini berarti bahwa tuuan dari strategi belajar mengajar adalah agar hampir semua siswa atau semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan. Jadi, baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang digunakan untuk mengatur keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. 

Memperhatikan Perbedaan Individu  

Yang dimaksud dengan perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam hal menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju belajarnya. Dalam hal ini pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dapat disesuaikan dengan sensitivitas indra siswa. Jadi cara belajar mengajar yang hanya menggunakan satu macam metode  dan satu macam media tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan. Sebaliknya cara mengajar yang menggunakan multi metode dan multi media akan menghasilkan proses belajar yang bermutu dan relevan.  

Evaluasi Dilakukan Secara Kontinu dan Didasarkan atas Kriteria  

Evaluasi dilakukan secara kontinu (continous evaluation) ini diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis. Jadi evaluasi dilakukan pada awal selama dan pada akhir proses belajar mengajar berlangsung. Evaluasi berdasarkan kriteria menganl 2 macam bentuk, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 

Michael Scriven berhasil membedakan kedua macam bentuk evaluasi ini. Tes Keberhasilan yang diberikan pada akhir unit-unit pelajaran dimasukkan ke dalam kategori tes sumatif. Tes sumatif ini dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan total terhadao suatu pelajaran yang diberikan. 



Tes formatif adalah tes yang digunakan selama siswa mempelajari bahan pelajaran untuk menguasai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Menurut Michael Scriven, evaluasi formatif mempunyai 2 tujuan pokok : 

  • Untuk menemukan sampai seberapa jauh siswa telah menguasai bahan pelajaran. Dengan kata lain untuk menentukan bagian mana yang telah dikuasai dan bagian mana yang belum dikuasai siswa. 
  • Untuk melakukan penilaian cara mengajar yang direncanakan dan yang diterapkan itu telah cukup baik atau masih memerlukan perbaikan.  

Penggunaan tes yang dibakukan dalam hal ini jelas tidak tepat digunakan dalam cara belajar mengajar dengan menggunakan prinsip belajar tuntas. Tes yang dibakukan lebih cocok digunakan untuk keberhasilan suatu kurikulun atau suatu program pendidikan. Ketidakcocokan tes yang dibakukan untuk belajar tuntas ini disebabkan karena nilai total yang didapat dari tes yang dibakukan tidak memberikan informasi yang tepat tentang keterampilan-keterampilan dan pengetahuan-pengetahuan apa yang belum dikuasai oleh siswa. 

Menggunakan Program Perbaikan dan Program Pengayaan  

Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administratif sekolah. Program perbaikan ditujukan kepada mereka yang belum menguasai tukuan instruksional tertentu, sedangkan program pengayaan diberikan kepada mereka yang telah menguasai unit pelajaran yang diberikan. 

Menggunakan Prinsip Siswa Belajar Aktif 

Prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya senidri. Cara belajar mengajar demikian mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan, mencari buku-buku atau sumber-sumber lain untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Selain itu prinsip siswa belajar aktif dapat mengembangkan keterampilan kognitif, keterampilan "manual" kreativitas dan logika berpikir. 


Menggunakan Satuan Pelajaran yang Kecil  

Cara belajar mengajar dengan menggunakan prinsip belajar tuntas menuntut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin. Dengan demikian guru dapat melakukan usaha perbaikan sedini mungkin. 

Unit-unit yang kecil tersebut haruslah disusun secara berurutan dari yang mudah sampai ke yang sukar. Dengan perkataan lain unit yang mendahului merupakan pra-syarat bagi unit selanjutnya. Penyusunan semacam ini akan mengurangi frekuensi pemberian tes-prsyarat. Secara ideal apabila dalam materi pelajaran yang terdapat dalam unit-unit pelajaran dapat disusun secara berurutan maka tes pra-syarat hanyalah diberikan pada setiap permulaan semester.

Sumber Referensi:
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama