SEMARANG - Bahasa Indonesia kini resmi diakui sebagai salah satu bahasa dalam Konferensi Umum UNESCO. Momen ini menandai peningkatan status bahasa Indonesia di panggung internasional dan membuka jalan bagi berbagai inovasi dalam pengajaran bahasa ini kepada penutur asing (BIPA).
Salah satu inovasi tersebut dihadirkan oleh Wati Istanti, seorang dosen dari Universitas Negeri Semarang (Unnes). Pada 14 hingga 21 Oktober 2024, Wati melakukan perjalanan ke Amerika untuk mengajarkan BIPA di Yale University dan mengamati kelas bahasa Indonesia di Harvard University. Ia menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dengan menggabungkan permainan tradisional Engklek atau Sudamanda dengan teknologi Real-time Multiplayer Virtual Reality.
Melalui permainan Sudamanda, Wati tidak hanya mengajarkan bahasa Indonesia, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal kepada mahasiswa Amerika. Pendekatan ini merupakan bagian dari penelitiannya yang berjudul “Melintasi Jembatan Budaya: Pemanfaatan Aplikasi Permainan Tradisional Sudamanda dalam Pembelajaran BIPA di Amerika Serikat.”
Tanggapan positif datang dari mahasiswa di Yale dan Harvard, yang menunjukkan antusiasme tinggi terhadap pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia. Interaksi yang tercipta melalui permainan tradisional ini memperkaya pemahaman mereka tentang bahasa dan kebudayaan Indonesia.
Sebagai Ketua Umum Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI), Wati menyampaikan harapannya agar inovasi ini dapat menginspirasi lebih banyak pengajar dan peneliti. Dia mendorong integrasi pengajaran bahasa Indonesia dengan disiplin ilmu lain melalui pendekatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dengan upaya yang dilakukan, diharapkan bahasa Indonesia semakin banyak dipelajari dan menjadi bahasa internasional yang dikenal dan digunakan di berbagai belahan dunia.
0 Komentar