Mengenali Pinjol Ilegal dan Investasi Bodong di Event Moneyfest Universitas Diponegoro

Mengenali Pinjol Ilegal dan Investasi Bodong di Event Moneyfest Universitas Diponegoro
OJK dan UNDIP menggelar event Moneyfest 2024 dengan fokus edukasi tentang keuangan aman, waspadai pinjol ilegal dan investasi bodong. Foto Dok. Undip.


SEMARANG, cahunnes.com - Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan dan menutup Bulan Inklusi Keuangan 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar acara edukasi keuangan yang dinamakan Moneyfest. Acara yang berlangsung di Gedung Prof. Soedarto, SH Kampus UNDIP Tembalang ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya mengelola keuangan pribadi dan menghindari jebakan pinjaman online ilegal (pinjol) serta investasi bodong.


Dengan tema "Hidupkan Semangat Kepahlawanan Gapai Merdeka Finansial," acara ini mengundang berbagai kalangan, terutama mahasiswa dan dosen UNDIP. Dalam sesi talkshow yang dikemas ala podcast, hadir sejumlah narasumber yang sangat kompeten, di antaranya Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dan Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. Dipandu oleh Raditya Dika, seorang komedian dan YouTuber terkenal, acara ini berhasil menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan mudah dimengerti.


Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Dian Ediana Rae adalah meningkatnya fenomena pinjaman online ilegal. "Pinjol ilegal terus bertumbuh seiring pesatnya perkembangan teknologi," kata Dian, dikutip dari laman resmi Undip Semarang (11/11).


Teknologi yang mempercepat berbagai transaksi ini juga bisa disalahgunakan, terutama untuk layanan pinjaman online yang tidak terdaftar dan berpotensi merugikan masyarakat. Selain itu, OJK juga mengingatkan tentang bahaya judi online dan investasi bodong yang kini semakin mudah dijangkau melalui platform digital.


Dian menambahkan, meskipun OJK telah melakukan banyak usaha untuk mengawasi dan memberantas pinjol ilegal, tantangan tetap ada karena munculnya semakin banyak platform baru. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali ciri-ciri pinjol ilegal agar bisa menghindarinya. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan antara lain tidak terdaftar di OJK, penerimaan tawaran melalui pesan pribadi seperti SMS atau WhatsApp, serta praktik penagihan yang tidak sesuai dengan etika.


Sementara itu, Prof. Suharnomo juga menambahkan bahwa fenomena FOMO atau Fear of Missing Out kini berperan dalam pengambilan keputusan keuangan yang salah. "Rasa takut ketinggalan dapat mendorong seseorang untuk meminjam uang demi mengikuti gaya hidup atau tren dari media sosial," jelasnya. Banyak orang merasakan tekanan untuk membeli barang-barang atau melakukan aktivitas tertentu karena khawatir kehilangan pengalaman yang sedang viral di kalangan teman-teman mereka.


Perasaan ini, lebih lanjut Prof. Suharnomo menerangkan, sering kali membuat seseorang terpaksa melakukan pinjaman lewat pinjol tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial mereka. Inilah yang mengakibatkan banyak orang terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk diatasi, terutama jika mereka tidak bijaksana dalam mengelola pinjaman yang diterima.


Selama talkshow, peserta juga mendapatkan lebih banyak informasi tentang cara mengenali pinjol ilegal. OJK menjelaskan bahwa pinjol yang sah dan terdaftar memiliki izin resmi, sementara pinjol ilegal biasanya menawarkan pinjaman dengan cara yang kurang transparan dan berisiko. Beberapa ciri pinjol ilegal yang bisa diwaspadai antara lain tidak memiliki izin OJK, memanfaatkan saluran komunikasi pribadi untuk menawarkan pinjaman, hingga melakukan ancaman kepada peminjam yang terlambat membayar.


Selain itu, pinjol ilegal seringkali tidak memiliki alamat kantor yang jelas dan menawarkan bunga serta biaya yang tidak transparan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati sebelum memilih menggunakan layanan pinjaman online, memastikan bahwa mereka hanya berurusan dengan pihak yang terdaftar di OJK.


Di akhir acara, Raditya Dika menyampaikan pesan penting kepada semua peserta. Ia mendorong mereka untuk menjadi lebih bijaksana dalam mengelola keuangan dan tidak terjebak dalam tekanan sosial atau godaan teknologi yang bisa mengarah pada keputusan finansial yang merugikan.


Acara ini jelas membawa dampak positif, terutama bagi generasi muda yang semakin dekat dengan dunia digital. Edukasi semacam ini sangat penting untuk menghindari masalah finansial yang lebih besar di masa depan, sehingga kita bisa lebih mandiri dalam mengatur keuangan pribadi.

0 Komentar

Posting Komentar