Mahasiswa Unnes gelar unjuk rasa tolak penutupan PGSD UPP Tegal


Ratusan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar aksi demontrasi di depan kantor Rektorat kampus Unnes Sekaran Gunungpati, Jumat (7/4). Mahasiswa menolak penutupan jurusan PGSD Tegal yang akan diberlakukan pada 2017.

Koordinator aksi, Arif Nur Muhammad, dalam orasinya mengatakan penutupan PGSD Tegal sangat merugikan mahasiswa. Selain itu, alasan penutupan dianggap tidak berdasar. Hal ini karena Rektor Unnes Profesor Fathur Rokhman menyatakan bisa tetap membuka PGSD Tegal dengan berbagai syarat. Yakni membuka pendaftaran melalui jalur SPMU dan jalur kerjasama dengan kuota 100 mahasiswa serta siap menanggung beasiswa 50 mahasiswa.

"Namun mahasiswa PGSD angkatan 2013 hingga 2016 diminta mencarikan beasiswa ke pemerintah daerah untuk 50 mahasiswa," jelasnya.

Permintaan tersebut menurutnya tidak masuk akal karena mahasiswa hanya berkewajiban belajar. Sementara yang mencari biaya pendidikan adalah pemerintah dan pengelola perguruan tinggi.

Karenanya, mahasiswa menuntut kepada Rektor Unnes untuk tetap membuka kuota 160 mahasiswa serta meningkatkan sarana dan prasarana PGSD Tegal yang rusak karena banjir. "Dan yang penting harus membuka komunikasi dialogis dalam menentukan kebijakan agar tidak merugikan mahasiswa," papar Arif.

Sebelumnya, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman mengungkapkan mulai tahun 2017, tidak menerima mahasiswa baru untuk Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UPP Tegal. Kebijakan tersebut dilandasi semangat untuk meningkatkan kualitas guru pada masa depan.

"Agar menghasilkan guru dengan profil ideal seperti diamanahkan undang-undang, sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) harus memiliki fasilitas pendidikan yang baik dan terstandar," jelasnya.

Padahal kondisi riil fasilitas PGSD Tegal belum terpenuhi. Dengan luas tanah yang terbatas, pengembangan fasilitas yang terstandar di kampus tersebut sulit terpenuhi.

"Selanjutnya PGSD akan difokuskan di kampus Ngaliyan," kata Fathur. Sebab, di kampus Ngaliyan fasilitas yang tersedia jauh lebih baik, antara lain ditandai dengan tersedianya asrama dan ruang perkuliahan yang representatif.

Rektor menjelaskan tidak menutup Prodi PGSD, melainkan mengurangi kuota penerimaan. Sebab riilnya, dalam penerimaan tahun 2017 program studi tersebut tetap dibuka. Hanya saja, mahasiswa baru 2017 akan menempuh pendidikan di kampus PGSD Ngaliyan.

Sebagai konsekuensi atas kebijakan tersebut, Rektor menjamin bahwa layanan pendidikan kepada mahasiswa PGSD Tegal tetap akan diberikan sebagaimana biasanya hingga mahasiswa lulus. “Jadi, tujuan utamanya adalah kualitas. Unnes ingin melahirkan guru dengan kualitas terbaik. Sebab guru berkualitas baik adalah variabel yang sangat penting untuk memajukan pendidikan nasional. Dan pendidikan nasional yang berkualitas adalah dambaan seluruh bangsa Indonesia,” katanya.

Sumber: merdeka.com

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama